Kisah Duit Hibah Jakarta

DOA bersama itu digelar Sabtu (23/06/2012), malam sebelum masa kampanye pemilukada (24 Juni-7 Juli) dimulai. Badan Musyawarah Betawi merayakan ulang tahun ke-30 di Plaza Selatan, Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat.

Di pagar depan, spanduk calon Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan calon Wakil Gubernur Nachrowi Ramli terpampang: “Hujan Gerimis Aje, Ikan Bawal Diasinin. Gubernur YG Berkumis Aje Yang Laen Kite Diemin”. Di sebelahnya, spanduk dukungan serupa dari DPC Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) Kecamatan Tebet.

Sekitar pukul 19.30 Nachrowi, juga ketua umum Bamus Betawi, disambut peluk-cium sejumlah orang. Pasangannya Fauzi, juga ketua Dewan Pembina Bamus Betawi, tak hadir. “Insya Allah kalau doa begini, kagak ada yang curiga. Kalau orang doa, (lalu ada yang) curiga. Saya yakin enggak bisa kentut seminggu,” ujar seorang laki-laki bergamis, begitu Nachrowi sampai di tempat duduk, melalui michrophone.

Ia kemudian mempersilakan, Nachrowi atau dikenal dengan sebutan Nara, memberikan sambutan. “Hari ini kita berdoa, Bamus ke depan lebih baik dan putra Betawi harus tetap memimpin Jakarta. Saya sebagai ketua umum, siap membantu Bang Fauzi, lima tahun ke depan,” ujar Nara. Nara merasa optimis Pemilukada Jakarta 2012, putra Betawi tetap menang. “Jangan sepelekan kaum Betawi,” katanya.

**

MALAM itu, Senin (19/03/2012), Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat – dekat Bioskop Metropole XXI, macet. Bahu jalan sepanjang 100 meter penuh parkir mobil dan sepeda motor. Kemacetan ini imbas dari deklarasi Fauzi-Nara maju ke pemilukada.

Keduanya didukung oleh Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Hanura, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Bulan Bintang, Partai Matahari Bangsa, dan Partai Kebangkitan Ulama.”Dengan dukungan ini kami pasti meraih kemenangan. Kami ingin menyampaikan pesan: kami mengenal Jakarta dan rakyat Jakarta,” ujar Foke, sapaan populer Fauzi.

Dua bulan usai deklarasi itu, sebelum kampanye pasangan calon gubernur dimulai, lembaga swadaya masyarakat (LSM) Indonesia Budget Center (IBC) menyoroti danah hibah dan bantuan sosial DKI Jakarta yang melonjak drastis sejak 2008-2012. Hal sama juga dikatakan LSM Indonesia Corruption Watch (ICW) bahwa setiap menjelang pemilukada berlangsung di sejumlah daerah, angaran dua prorgam tersebut selalu melonjak, seperti di Jawa Tengah, Banten, dan Papua.

“Saya khawatir penyaluran dana ini mengarah pada mobilisasi massa untuk kepentingan pemenangan pemilukada bagi calon tertentu,” kata Peneliti IBC, Roy Salam.

Temuan ICW di Banten pada 2011, dana hibah dan bansos mengalir ke beberapa lembaga yang memiliki hubungan keluarga dengan gubernur petahana, Atut Choisyah. ICW menduga melimpahnya anggaran tersebut berkaitan dengan pencalonan Atut untuk kedua kalinya.

Kekhawatiran serupa juga untuk Pemilukada DKI Jakarta kali ini. Pada 2010, anggaran hibah DKI Jakarta sebesar Rp433,65 miliar dan bansos sebesar Rp46,69 miliar. Pada 2011, anggaran melonjak yaitu hibah sebesar Rp882,57 miliar dan bansos sebesar Rp58,24 miliar. Dan, pada 2012, anggaran hibah naik drastis menjadi Rp1,36 triliun dan bansos sebesar Rp30,1 miliar.

Dan temuan ICW menyebutkan dari para penerima hibah dan bansos, ada yang tidak memiliki alamat alias fiktif dan ganda. Kemudian, “Alokasinya lebih besar kepada organisasi yang diduga memiliki relasi kepentingan atau politik dengan gubernur (petahana),” kata Peneliti ICW Apung Widadi. Ia menyebut diantaranya, Bamus Betawi dan Forum Komunikasi Karang Taruna DKI Jakarta.

Sekretaris Jenderal Bamus Betawi Azis Khafia tak menampik kenyataan bahwa Bamus Betawi mendukung Foke-Nara untuk kemenangan pemilukada. Rapat pleno Bamus Betawi, katanya, memutuskan, organisasi masyarakat yang tergabung di Bamus mendukung dan memenangkan pasangan Foke-Nara, calon gubernur nomor urut 1. Ada 114 ormas yang mendukung, diantaranya Forum Betawi Rempug, Forkabi, Persatuan Wanita Betawi, dan Ikatan Warga Djakarta.

Divisi pemilukada Bamus pun dijalankan. Selanjutnya, dibentuk organ taktis: FB-NR (Forum Bersama Nasional Religius) diambil dari nama Foke-Nara, yang masih di bawah naungan Bamus. “Itu salah satu bentuk dukungan riil,” ujar Azis. Organ tersebut selanjutnya merekrut sebanyak 7 ribu relawan. Sejak Mei lalu, mereka dilatih untuk sosialisasi dan penggalangan kepada masyarakat.

Untuk konsolidasi, mereka berkantor di lantai 19 Gedung Twin Plasa, Jakarta Barat. Sementara waktu, Sekretariat Bamus Betawi di Gedung Prasada Sasana Karya, Jl Suryopranoto 8, Jakarta Pusat tak dipakai. “Di sini (Twin Plasa) untuk urusan Pemilukada. (Sedangkan) kantor di Suryopranoto, itu untuk kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pemilukada,” kata Azis.

Disinggung persoalan dana, Azis mengatakan, anggaran Bamus berasal dari partisipasi potensi masyarakat Betawi baik sumbangan secara institusi maupun pribadi. Selain itu, selama dua tahun terakhir mendapatkan hibah dari Pemprov DKI Jakarta. Pada 2011 menerima sebesar Rp2,5 miliar dan tahun ini sebesar Rp2 miliar.

Azis menegaskan, anggaran Bamus hanya untuk kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pemilukada, tapi untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti pengajian bulanan, silaturahmi antar etnis, jambore pemuda, dan lebaran Betawi. “Yang kegiatannya tidak ada dukung-mendukung. Jadi itu yang kami jaga bener-bener. jangan sampai ada salah kaprah,” ujarnya.

Bagaimana menjamin organ taktis tidak memakai hibah? ? “Kami kan ada akuntan publik. Kalau dana hibah itu sudah terstruktur (pemakaiannya), meskipun secara perorangan, orangnya sama, itu-itu juga,” kata Azis.

Namun, kegiatan Bamus bisa juga dipakai untuk mengajak memilih pasangan Foke-Nara. Tapi Azis tak sependapat dengan itu. “Enggak mungkin rentan dialihkan untuk memobilisasi karena program (Bamus) sudah terstruktur. Kan aneh, kalau nanti digunakan untuk mobilisasi dan itu tidak memungkinkan.” ujarnya.

Bagaimana membedakan organ taktis dan divisi pemilukada? Azis menjelaskan, jika divisi pemilukada hanya mengurusi permasalahan pemilukada secara umum. Ia hanya diberi tugas memantau jalannya pemilukada dan bermitra dengan KPU DKI. Lagipula, katanya, divisi ini sudah ada di Bamus. Sedangkan, organ taktis lebih fokus untuk memenangkan kepada Foke-Nara.”Itu dibentuk sesuai kebijakan Bamus, tapi dia dibentuk pas Pilkada saja, sifatnya ad hoc,” katanya.

Ia mengatakan, operasional sehari-hari, organ taktis tersebut tidak memakai dana hibah. ”Kalau desk pemilukada mungkin iya karena tidak dalam kapasitas dukung mendukung. Tetapi dia (FB-NR) tidak menggunakan dana hibah. Dananya dari partisipasi masyarakat,” ujarnya.

**

Foto: Andi SN

APAKAH di acara Bamus Betawi tak ada dukung-mendukung kandidat? Malam itu, Sekjen Bamus Betawi Azis Khafia didapuk sebagai pembawa acara bersama seorang perempuan. Azis menyebutkan beberapa kalangan yang hadir dalam doa ulang tahun tersebut.

“Ada juga dari Majelis Taklim Al Fauz, yang sejak habis Magrib sudah dzikir buat kemenangan nomor satu,” kata Azis. Majelis Taklim Al Fauz adalah majelis pengajian yang dibentuk oleh Fauzi Bowo.

“Subhanallah,” perempuan di sampingnya menimpali. “Emang dari tadi sudah ada apa saja, bang? Ia bertanya kepada Azis.

“Tadi habis Magrib, membaca dzikir dan shalawat. Tidak lain tidak bukan bermunajat kepada Allah, mendoakan pasangan Bang Haji Fauzi Bowo-Nahcrowi Ramli, Insya Allah satu putaran. Ini bukan kampanye, tapi cuma ngasih tahu. Belum boleh kampanye, tapi ngasih tahu nomor satu,” jawab Azis.

Nara lalu berpidato. Ia merasa senang acara tersebut bisa digelar. Ia mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Jakarta Fauzi Bowo, yang telah memberikan dana hibah. “Kita bersykur lagi, di tahun ini Bamus Betawi dibantu oleh pemerintahan Pak Fauzi. Tahun lalu sebesar Rp2,5 miliar, tahun ini Rp2 miliar. Tapi (katanya) dijanjiin lagi. Jadi bikin kayak gini nih, tidak cukup 200 juta ini. hebat enggak Bamus Betawi?” kata Nara.

Sekretaris Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI Jakarta Tito mengatakan, pembengkakan hibah tahun ini bukan karena adanya pemilukada. “Dari dulu kami memberikan bantuan ke yayasan, gereja, atau masjid. Jadi enggak terkait Pilkada,” kata Tito.

Tito mengatakan, pembahasan anggaran itu dibahas bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta. “Di situ disetujui mana-mana lembaga yang layak menerima. Alokasinya bisa berkurang atau bertambah. Mereka ikut menentukan, jadi tidak hanya kami,” ujarnya.

Sementara, Kepala bidang Program dan Anggaran BPKD Suraji mengatakan, setiap pencairan anggaran selalu memperhatikan kelengkapan administrasi. Jika ada yang tidak jelas alias fiktif, katanya, menjadi tanggungjawab dinas-dinas terkait dan pastinya tidak akan dicairkan. “Yang dicairkan (lembaganya) pasti jelas. Enggak ada yang fiktif,” kata Suraji, Mei lalu.

Sejak Januari-April 2012, realisasi hibah dan bansos mencapai Rp652, 56 miliar atau sudah 50 persen dari total anggaran. Padahal, pada 2011 sampai akhir tahun terealisasi sebesar Rp865,56 miliar dari total sebesar Rp942,19 miliar,

Suraji mengatakan, kenaikan hibah tahun ini karena adanya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk SD dan SMP sebesar Rp539,134 miliar, adanya even Pekan Olahraga Nasional (PON) untuk KONI DKI Jakarta sebesar Rp205,85 miliar, anggaran Pemilukada untuk KPU DKI sebesar Rp258,40 miliar, serta Panwaslu sebesar Rp33,86 miliar.

Apakah pemberian hibah dan bansos melihat kedekatan personal ke gubernur? “Tidak ada ada subjektifitas, tapi lebih proporsional. Kami memberikan sesuai dengan kemampuan daerah,” kata Suraji.

**

RUMAH toko berlantai tiga itu menjorok sekira lima puluh meter dari jalan. Ia tepat di belakang ruko sebuah dealer sepeda motor. Ia beralamat di Jalan RS Fatmawati 20 D, Pondok Labu Jakarta Selatan. Di depan ruko terpampang: Yayasan Benyamin Suaeb. Beib Benyamin, si pemilik ruko juga pengelola yayasan menunggu di ruang tamu.

Yayasan itu berdiri sekira empat tahun lalu. Beib mengatakan, pendirian yayasan itu karena alasan kebudayaan, terutama untuk mendokumentasikan karya-karya almarhum Benyamin Suaeb, aktor film era 1970-an. Kegiatannya, katanya, berupa penayangan film-film Benyamin Suaeb. Terakhir, ia juga ikut meramaikan HUT DKI Jakarta, seperti di Festival Ciliwung, Jakarta Timur pada 23 Juni kemarin.

Yayasan ini, salah satu dari ratusan lembaga penerima hibah dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2012. YBS menerima sebesar Rp1 miliar. Jumlah ini lima kali lipat lebih besar dibandingkan pada 2011 sebesar Rp200 juta.

Pertengahan 2011, setahun sebelum Pemilukada DKI Jakarta digelar, sebuah baliho berukuran jumbo berdiri. Ia bergambar Fauzi Bowo dan Benyamin Suaeb bertuliskan: “Nyok sama-sama kite dukung terus kepemimpinan Bang Fauzi Bowo sebagai DKI Jakarta.” Di bawahnya tertulis: YBS (Yayasan Benyamin Suaeb). Tahun ini, Beib juga mencetak spanduk (4 meter x 1 meter) sebanyak 100 biji yang isinya mendukung Foke-Nara.

“Idealnya (gubernur memimpin) dua kali-lah. Dari dulu saya memang mengapresiasi dia (Foke),” katanya. Ia menyangkal pencetakan spanduk tersebut dengan dana hibah. “Ini kampanye untuk Foke, pakai dana pribadi,” katanya.

Kenapa permintaan hibah meningkat drastis? “Itu melihat kebutuhan kami. Untuk acara-acara tersebut. Kalau enggak (ada dana) susah. Juga merapikan kaset-kaset lama: master awal kan harus dirapikan. Pokoknya (untuk kegiatan) sekitar senilah,” katanya.

Di lantai dasar ruko, ia mengelola usaha digital printing – usaha ini sudah dilakoninya lama, sebelum yayasan didirikan. Ada dua alat cetak berukuran besar. Namun, ia mengatakan, usahanya itu tak menggunakan dana hibah.

Koleksi-koleksi yayasan disimpan di lantai tiga. Ruangan itu sekira 8 meter x 3 meter dan berbagi dengan kamar tidur. Dalam rak kayu puluhan kaset lawas jenis betakem tersusun rapi di dinding. Sementara, di rak lantai, berderet puluhan kaset piringan hitam, kepingan compact disk (CD), dan kaset tape. Mereka tidak ditata dalam etalase kaca, meski di ruangan tersebut dilengkapi pendingin ruangan.

Tak hanya YBS yang mendukung Foke. LSM Humanika juga memasang spanduk di beberapa wilayah mendukung Foke. Sementara itu, Forum Komunikasi Karang Taruna juga mendukung Foke-Nara. Ketua Karang Taruna DK Jakarta Deden Sirajudin mengatakan Foke-Nara membawa harapan besar bagi warga Jakarta. “Dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka punya, tentu lebih mudah bagi mereka membangun Jakarta dibanding calon lain,” kata Deden seperti dikutip dari http://www.forumjakarta.net (25/04/2012).

Oleh karena itu, katanya, harus memberikan kesempatan lagi kepada Fauzi Bowo untuk menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawabnya untuk memimpin Kota Jakarta lima tahun ke depan. Deden meyakini lima tahun ke depan Kota Jakarta akan menjadi kota yang nyaman dan mensejahterakan bagi warganya.

Peneliti ICW Abdullah Dahlan menilai anggaran dana hibah dan bansos tersebut rentan untuk dipolitisasi dalam pemilukada. Sebab, katanya, beberapa lembaga penerima memiliki relasi politik dengan gubernur petahana. “Yang perlu dicermati adalah aspek politik dalam membangun pengaruh kepada gubernur,” kata Abdullah.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo hingga berita ini ditulis belum memberikan tanggapan. Surat Jurnal Nasional yang dikirimkan kepadanya belum dibalas.

**

SEMBARI menikmati nasi kotak, Nara menikmati sajian kesenian marawis dan tarian Lenggang Nyai. Ia menikmati makan bersama hadirin. Setelah itu, Nara juga berfoto bersama sambil mengacungkan angka satu. Itu adalah nomor urut, Foke-Nara dalam pemilukada kali ini.

Ia meminta yang hadir bersatu dan bekerja keras agar orang Betawi kembali memimpin Jakarta. “Sebagai kaum betawi, saya harap gubernur Betawi, sampai kiamat orang Betawi. Tolong kaum Betawi bersatulah,” katanya.

“Kami (menurut survei) sudah 48 persen, yang lain baru 20 persen ke bawah, juaranya udah kelihatan ini. Tapi, Betawi butuh 50 persen lebih, minimal 2,5 persen lagi. Jadi seketek lagi nih, pulang dari sini, colek lagi bini, orang tua, mertua kita,” kata Nara.

Lagu khusus untuk Foke-Nara mengalun menemani makan malam Nara:

Abang kite,
 Bang Fauzi, Bang Nachrowi
 Jadi pemimpin sudah teruji
 Setulus hati dia mengabdi
 Juga bersih dari korupsi

Abang kite,
 Bang Fauzi, Bang Nachrowi … 

(Di muat di Jurnal Nasional, 11 Juli 2012. Yang muncul di koran sudah banyak diedit, bahkan foto dan tabel tidak dimuat. Inilah versi aslinya)

Tabel:

GUBERNUR Fauzi Bowo membagikan dana hibah Rp1,3 triliun tahun ini. Dari jumlah itu di antaranya mengalir ke lembaga yang memiliki hubungan atau relasi kepentingan dengan gubernur. Lainnya, dibagikan ke sejumlah majelis taklim, masjid, gereja, dan yayasan.

Berikut nama-nama organisasi penerima hibah:

1. RS Sibroh Malisi; menerima dana hibah pada 2011 sebesar Rp400 juta dan 2012 sebesar Rp200 juta. Sibroh Malisi adalah Sekjen Bamus Betawi period 2007-2012. Saat itu Fauzi Bowo menjabat sebagai Ketua Bamus Betawi.

2. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) DKI Jakarta menerima hibah sebesar Rp1,7 miliar pada 2011. Kemudian di tahun 2012 menerima Rp1 miliar. Bersama organisasi kepemudaan, KNPI ikut mendeklarasikan diri mendukung Foke-Nara.

3. Lembaga Kebudayaan Betawi menerima dana hibah sebesar Rp500 juta (2011) dan Rp500 juta (2012). Ketuanya Tatang Hidayat, juga sebagai ketua tim pemenangan Foke-Nara.

4. Yayasan Benyamin Sueb menerima sebesar Rp200 juta (2011) dan Rp1 miliar (2012). Ketuanya, Beib Benyamin (kakak kandung Biem Benyamin, calon wakil gubernur dari jalur independen) menyatakan dukungannya kepada Foke-Nara. Yayasan ini juga mencetak 100 biji spanduk dukungan kepada mereka.

5. Forum Komunikasi Karang Taruna DKI Jakarta menerima sebesar Rp1 miliar (2011 dan 2012). Ketuanya, Deden Sirajuddin menyatakan dukungannya kepada Foke-Nara.

6. PKK Provinsi dan 6 Wilayah kota menerima hibah sebesar Rp6,8 miliar (2011) dan Rp14 miliar (2012). Ketuanya adalah Tatiek Fauzi Bowo, istri Fauzi Bowo.

7. Yayasan Putra Bahagia Jaya menerima hibah sebesar Rp4 miliar (2011) dan Rp4 miliar (2012). Ketuanya adalah Tatiek Fauzi Bowo, istri Fauzi Bowo.

8. Yayasan Beasiswa Jakarta sebesar Rp20 miliar (2011) dan Rp16 miliar (2012). Fauzi Bowo sebagai Anggota Dewan Pembina.

9. Bamus Betawi sebesar Rp2,5 miliar (2011) dan Rp2 miliar (2012). Secara organisasi mendukung Foke-Nara. Ketua saat ini dijabat Nachrowi Ramli.

10. Dewan Koperasi Indonesia Wilayah DKI Jakarta sebesar Rp2miliar (2011) dan Rp1,5 miliar (2012). Ketuanya Nachrowi Ramli. Forum Penggiat Koperasi Jakarta juga mendeklarasikan dukungan Foke-Nara.

11. LSM Humanika mendapatkan dua pos: 1) atas nama Klinik Humanika di Dinas Kesehatan sebesar Rp100 juta. 2) atas nama Humanika di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik sebesar Rp15 juta, semuanya di tahun 2012. Koordinator Presidium LSM Humanika M. Syaiful Jihad menyatakan mendukung Foke-Nara.

Sumber: Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1435/2011, Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 12/2012, dan berbagai pemberitaan media.

2 thoughts on “Kisah Duit Hibah Jakarta”

  1. Untuk membangun kesadaran warga Jakarta, Garis tak hanya menciptakan lagu Kudu Jadi. Garis bersama teman-temannya juga menciptakan lagu berjudul Si Kumis Memang Ahli. Seperti halnya Kudu Jadi, lagu Si Kumis Memang Ahli dibuat hanya 1 jam. “Di lagu Si Kumis Memang Ahli, kata Berkumis merupakan singkatan dari Berdaulat, Kompak, Utuh, dan Dinamis,” ujar Garis di Media Center Foke-Nara.

Leave a comment