Prijanto: 30 Menit Membakar 300 Kalori

MEMAKAI celana jins dan kemeja kotak-kotak, Prijanto tampak begitu santai. Raut mukanya sumringah. Aktivitasnya kini tak sepadat dulu ketika masih menjabat sebagai wakil gubernur DKI Jakarta. Tapi, ia saban hari hampir selalu memulai aktivitas sejak 03.00, lantaran terbiasa mengerjakan shalat malam.

Ada yang agak berbeda jika melihat postur tubuhnya sekarang. Ia kelihatan agak lebih gendut. “Berat badan saya naik dua kilogram, dari 79 kg sekarang 81 kg,” kata Prijanto saat berbincang dengan Jurnal Nasional di rumahnya, Jalan Otista III, Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (6/11). Ya, katanya, barangkali karena beban pekerjaan sudah berkurang.

Usai Subuh, ia selalu menyempatkan diri untuk fitness, dengan jalan di atas treadmill, selama setengah jam. Maklum, ia kini sudah berumur 61 tahun, ia kudu mengontrol kolesterol agar tidak tinggi. Ia juga masih berlatih beban, untuk menjaga stamina dengan mengangkat barbel 3 atau 5 kg. “Tubuh ini kan perlu dilatih,” kata mantan Asisten Teritorial KASAD 2006 itu.

Tapi, jangan ditanya soal perut, karena ia bermasalah dengan lemak perut. Ketika masih taruna, ia mengaku rajin sit-up. “Saya dulu nilanya 100 kalau sit-up, perut saya ini lentur,” ujarnya ketawa. Sejak pendidikan taruna, ia memang ingin memiliki tubuh atletis, seperti senior-seniornya.

Sayangnya, perutnya tak bisa berbentuk kotak-kotak (six-pack), apalagi sekarang sudah tak bisa lagi untuk sit-up. “Mungkin karena bentuk lambung saya, jadi makan sedikit saja cepat banget gemuknya. Jadi lemak di perut selalu ada,” katanya. “Apalagi kalau malam makan nasi goreng, wah itu cepat banget (bikin gemuk).”

Prijanto memiliki kebiasaan tak suka sarapan pagi dengan nasi. Kebiasaan itu berlangsung hingga sekarang. “Saya itu kalau pagi makan buah dan dua butir telur rebus, tapi putihnya saja,” katanya. Ia tidak ingin memiliki tubuh yang terlalu gemuk. Meski begitu, ia bisa betah menahan lapar sampai sore. “Setelah Ashar saya baru ingat kalau belum makan,” kata lulusan AKABRI 1975 itu.

Dibandingkan dulu, ia sekarang sudah makan cukup teratur. “Kalau siang, ya makan seperti biasa, tapi kalau malam, saya jarang makan,” ujarnya. Urusan makanan, Prijanto termasuk orang yang hobi makan, khususnya ngemil. Jika ia sedang menonton televisi atau menulis, selalu tersanding makanan kecil, terutama kacang-kacangan. “Saya menyukai kacang telor,” kata pria kelahiran Ngawi, 26 Mei 1951. Untuk cemilan satu ini, ia bahkan bisa menghabiskan setengah kilogram, jika suntuk menulis.

Pecel dan Rujak Cingur

Meski sudah berumur, ia tetap berani melahap makanan penyebab kadar kolesterol tinggi dan asam urat. “Alhamdulillah kolesterol saya di bawah 200 miligram, karena saya imbangi dengan rajin olahraga,” kata mantan Kasdam Jaya 2005 itu.

Prijanto mengatakan, sekarang ia mengurangi porsi nasi dan lebih menyukai sayur-sayuran supaya bisa mengatur berat badan. Siang itu, saat Jurnal Nasional diminta makan siang bersama, Prijanto hanya memilih pecel dan dua tempe. “Saya suka sama pecel dan rujak cingur,” katanya. Terkadang, pembantunya yang membikinkan pecel dengan bumbu yang biasa dipesan dari Ngawi, Jawa Timur.

“Saat masih ngantor dulu, saya sering makan rujak cingur yang beli di Jalan Juanda, Jakarta Pusat. Kalau rujak cingur rasa petisnya itu enak,” kata penyuka makanan pedas ini.

Ia mengaku ada perasaan rindu dengan pecel. Orang Ngawi dan sekitarnya, biasa membuat pecel dengan campuran kembang turi. Nah, Prijanto termasuk yang begitu kangen dengan pecel yang ada campuran kembang turi itu. Untungnya, jika ada pertemuan Paguyuban Orang Ngawi di Jabodetabek (Ngawitani), ia terkadang menemukan pecel kembang turi.

“Di Jakarta… saya juga heran, ada kembang turi,” katanya. Terakhir, ia makan pecel ketika syukuran atas kemenangan pasangan Joko Widodo-Basuki T. Purnama dalam Pemilukada DKI 2012. “Kita nanggap wayang lakone, ‘Matinya Rahwana’. Itu makan pecel dan tahu tepo,” kata Prijanto, yang terang-terangan mendukung Jokowi.

Karena tak pernah makan nasi di malam hari, Prijanto lebih suka menyantap, “Kalau enggak pecel, ya krawu/kluban, kayak pecel tapi dengan parutan kelapa,” katanya. Ia mengatakan, sewaktu kecil selalu sarapan pagi dengan nasi pecel yang dibungus pakai daun atau dipincuk.

Selama sepekan ia biasa membakar kalori bisa sampai lebih dari 300 kalori. Sebelumnya, ia terbiasa dengan bermain tenis, tapi sejak menjadi wakil gubernur aktivitas itu tidak lagi dilakukan. Ia tidak diporbelahkan dokter karena persendian kakinya, sudah tidak kuat untuk menopang gerak lompatan. Ia sekarang cukup jalan di atas treadmill tiap pagi dan dengan rutinitas itu, kondisi kolesterol, tergiserit, asam uratnya masih normal.

Untuk menjaga kondisi tersebut, Prijanto “menghindari” makanan seperti kepiting, udang, dan terutama telur ayam puyuh. “Kuning telur ayam puyuh itu tinggi (kandungan kolesterolnya). Saya jelas menghindari,” katanya. “Tapi pada dasarnya dokter memperbolehkan saya makan apa saja, tapi jangan berlebihan.”

Di usia yang sudah berumur, Prijanto berharap masih bisa beraktivits dan memberikan sumbangsih pemikiran terhadap Jakarta. Ia melihat senior-seniornya, meski bermur 80 tahun, masih segar bugar. “Tampaknya manusia itu kalau otaknya dipakai untuk berpikir positif, berkomunikasi dan menulis, itu bisa memelihara kebugaran,” katanya.

“Saya coba di usia ini, saya masih nulis beberapa pandangan. Yang jelas, saat ini yang saya pikirkan adalah tentang ‘Mengawal Uang Rakyat’,” katanya. Karena, ia ingin setiap duit rakyat harus dikelola dengan baik tanpa dikorupsi. Bila pengelolaan transparan dan akuntabel, ia percaya korupsi akan bisa dicegah.

Selain itu, ia mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan sekarang. Ia menyadari bahwa bila ingin terus berbahagia manusia harus lebih banyak bersyukur. “Filosofi saya sederhana: bersyukur kepada Allah swt. Saya sangat percaya, karena apa yang kita lakukan adalah kehendak Allah,” katanya.

#dimuat di Jurnal Nasional, Kamis (8/11/2012) dengan judul berbeda, sengaja untuk konsumsi blog. Judul di koran: “Tetap Bugar dengan Buah dan Telur

Leave a comment